Proyek ini menjadi salah satu yang tidak akan kami lupakan. Bagaimana tidak? Pengalaman kami selama di lapangan, terkendala oleh kondisi geografis keempat desa yang terletak di muara Sungai Batanghari yaitu Desa Rondang, Desa Londerang, Desa Rantau panjang, dan Desa Tanjung dimana keempat desa ini akan tergenang air sungai selama enam bulan pada musim basah dan akan kering selama enam bulan pada musim kering. Sulitnya mencapai bidang-bidang yang akan diukur tergambarkan melalui cerita perjalanan juru ukur kami yang selama perjalanannya tak bisa hanya menggunakan speedboat, tetapi juga menggunakan sampan dan getek yang didayung secara manual.
Bertarung di daerah Rawa
Tak jarang pula kami menghadapi kesulitan ketika akan mobilisasi pulang. Terkadang ketika kami berjalan kembali pada alat transportasi kami, kami temukan alat transportasi tersebut telah kandas karena air sungai yang tiba-tiba surut. Hal ini memaksa kami harus bahu membahu membawa alat transportasi kami menuju bibir air sungai terdekat agar kami dapat kembali pulang.
Mendorong getek karean Sungai Surut
Bukan hanya itu rintangan alam yang kami hadapi, pertempuran dengan kabut asap yang mencekik juga kami rasakan disana. Betapa kami dengan peralatan yang tidak ringan dan mobilisasi yang tidak juga mudah harus bekerja dengan penglihatan dan pernafasan yang terbatas. Namun bagi kami, kesulitan-kesulitan tersebut tidak juga menyurutkan langkah kami untuk menuntaskan pengukuran dan pendaftaranbidang tanah yang telah dipercayakan pada kami
pengukuran di tengah kondisi Kabut Asap
Kondisi Kabut Asap
Bersama berdampingan dengan dukungan warga setempat tentunya adalah hal istimewa lainnya yang akan selalu kami kenang. Tentu tidak semulus ekspektasi kami yang berharap semua lapisan masyarakat di muaro jambi dapat memberikan dukungan penuh pada kami. Beberapa masyarakat memiliki keraguan, kekhawatiran, dan tingkat partisipatif yang cukup rendah untuk terlibat dalam project ini. Untuk menanggapi permasalahan ini, selepas dari lapang tim kami akan tersedia untuk mendengarkan dan menjawab keluhan-keluhan masyarakat setempat.
Antosisme warga masyarakat
Pendampingan Terhadap warga
Empat bulan lamanya kami melapang, bekerja, dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. 5000 bidang tanah berhasil terdaftar dengan baik. Pengalaman berhaga itulah yang kami ceritakan pada acara publikasi pada masyarakat setempat. Acara Konsultasi Publik dalam Percepatan Reforma Agraria yang digelar di Jambi pada 15 Oktober 2019 lalu dihadiri oleh BPN Pusat, WorldBank, Kanwil BPN Jambi, dan seluruh Kantor Pertanahan BPN di lingkungan wilayah kerja Jambi. “Tim pelaksana pengukuran yang dipimpin oleh Tim SGT bekerja dengan baik, mendekati masyarakat secara pribadi supaya tanahnya mau diukur dan didaftarkan. Penunjuk batas bidang tanah bekerja dengan sehingga hampir tidak ada masalah sengketa batas tanah yang tidak bisa diselesaikan di lokasi.”kutipan dari Pak Masbudiono (Warga Desa Rantaupanjang).
Untuk berita tentang Konsultasi Publik tersebut dapan di-klik di tautan di bawah ini:
https://www.atrbpn.go.id/Berita/Siaran-Pers/partisipasi-aktif-masyarakat-dalam-percepatan-ptsl-97202
Harapan kami, pengalaman yang berharga selama pilot project ini dengan melibatkan hampir seluruh masyarakat yang terdiri dari perangkat Desa, RW, RT, Kadus, tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh masyarakat, Babinsa, Babinkamtimas, Kantah dan Kanwil adalah suatu sinergi untuk energi positif nukan menjadi penghalang dalam partisipasi masyarakat dalam puldatan. Pengalaman berharga ini juga menjadi gambaran bagi kita bahwa theoretical land administration tidak selalu sama dengan kenyataan di lapangan. Supaya untuk perencanaan pekerjaan kedepan yang meliputi penganggaran, durasi pekerjaan, metoda pekerjaan, dan analisa resiko harus mempertimbangkan aspek geografis, transportasi, logistic, demografis dari daerah tersebut.
Penulis: Grieska Adhi, Siti Haeriah, Yudith Prabowo , Sudomo Manurung